YANG PERTAMA KALI MASUK ISLAM ADALAH SEORANG WANITA

Disebutkan dalam shahih Bukhari bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam sebelum menerima wahyu kenabian, beliau biasa pergi ke gua Hira’ di sisi Makkah. Beliau beribadah di dalamnya. Pada suatu hari, ketika beliau sedang berada di dalam kesunyian gua, tiba-tiba datanglah Jibril kepadanya seraya berkata, “Iqra’ (bacalah)!” Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ketakutan terhadapnya seraya berkata, “Aku tidak pernah membaca sebuah kitab pun dan tidak bisa menulis. Aku tidak bisa membaca.” Lalu Jibril memeluknya sampai beliau merasa kepayahan kemudian dilepaskan. Lalu Jibril berkata lagi, “Bacalah!” Beliau menjawab, “Aku tidak bisa membaca.” Lalu Jibril memeluknya untuk yang kedua kali sampai beliau merasa kepayahan kemudian dilepaskan. Lalu ia berkata, “Bacalah!” Beliau menjawab, “Aku tidak bisa membaca.” Lalu Jibril memeluknya untuk yang ketiga kali sampai beliau merasa kepayahan kemudian dilepaskan. Lalu Jibril berkata, "Bacalah dengan (menyebut) nama Rabbmu Yang telah menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Rabbmu-lah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan qalam (pena). Dia mengajarkan kepada manusia apa-apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al ‘Alaq [96]: 1-5)

Tatkala Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mendengar ayat-ayat tersebut dan melihat pemandangan itu ketakutannya semakin bertambah dan hatinya bergetar. Kemudian ia pulang ke Makkah dan menemui istrinya, Khadijah, Ummul Mukminin (ibunda orang-orang mukmin) –radhiallahu ‘anha-. Beliau berkata, “Selimutilah aku, selimutilah aku.” Kemudian beliau berbaring berselimut, sementara Ummul Mukminin memperhatikannya. Ia tidak tahu apa yang telah membuat suaminya ketakutan.
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam istirahat sejenak hingga hilang rasa takutnya kemudian menoleh kepada Khadijah dan menceritakan khabarnya seraya berkata, "Wahai Khadijah, sungguh aku takut atas diriku.” Khadijah berkata, "Sekali-kali tidak, demi Allah, Allah tidak akan menghinakanmu selama-lamanya. Sesungguhnya engkau selalu menyambung silaturrahim, menjamu tamu, menanggung beban, memberi orang yang tidak punya dan menolong orang-orang yang tertimpa musibah dalam kebenaran. ”
Kebaikan dan semangat Khadijah tidak hanya sampai di situ, akan tetapi ia menuntun tangan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan membawanya pergi menemui Waraqah bin Naufal, pamannya. Dia seorang tua yang sudah lanjut usianya dan buta, dia beragama Nasrani di masa jahiliyyah, dia pandai membaca Injil dan menyalinnya (ke bahasa Arab). Dia tahu berita-berita para nabi.
Tatkala Khadijah bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam masuk menemui Waraqah dan duduk di sampingnya, Khadijah berkata kepadanya, “Wahai sepupuku, dengarkanlah keponakanmu ini.” Waraqah berkata, "Wahai anak saudaraku, apa yang engkau lihat?” Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menceritakan apa yang telah ia lihat dan ia dengar berupa ayat-ayat Al Qur'an. Lalu Waraqah berkata, "Subbuh… Subbuh (Maha Suci Allah … Maha Suci Allah … ), bergembiralah … bergembiralah engkau, dia adalah Namus (Jibril dalam bahasa Ibrani, pent.) yang pernah turun menemui Nabi Musa -'alaihis salaam-. Wahai… seandainya aku masih muda dan kuat ketika kaummu mengusirmu pasti aku akan menolongmu!” Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam terkejut seraya berkata, "Apakah mereka akan mengusirku?!” Waraqah menjawab, “Benar! Sesungguhnya tidak ada seorang pun yang membawa seperti apa yang engkau bawa, pasti ia akan dimusuhi. Dan seandainya aku masih hidup ketika itu, pasti aku akan menolongmu dengan segenap kemampuanku.”
Kemudian beliau shallallahu 'alaihi wa sallam keluar bersama Khadijah, sementara Khadijah telah yakin bahwa masa tidur telah berlalu dan bahwa ia bersama seorang suami yang akan diuji. Boleh jadi ia akan diusir dari rumahnya dan dirinya diganggu. Padahal dialah seorang wanita yang tumbuh dalam kekayaan dan kenikmatan, nasabnya mulia dan terhormat. Kini ia akan menghadapi cobaan. Maka apakah dia lemah dalam menolong dien ini, atau mencampur keyakinannya dengan keraguan? Sekali-kali tidak, bahkan ia beriman dengan Tuhannya dan menolong Nabi-Nya dengan hartanya, fikirannya dan tenaganya. Begitulah senantiasa keadaannya sampai ia menemui Tuhannya.
Imam Muslim telah meriwayatkan bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pernah didatangi malaikat Jibril seraya berkata, “Wahai Rasulullah, ini adalah Khadijah, dia telah datang kepadamu sambil membawa wadah yang berisi kuah atau makanan atau minuman. Apabila ia telah datang menemuimu amak sampaikanlah untuknya salam dari Tuhannya dan dariku. Berilah ia kabar gembira dengan sebuah rumah dari mutiara di surga, tidak ada hiruk pikuk dan kecapekan di dalamnya.”
Inilah berita Khadijah, orang yang pertama kali masuk Islam dan membuang penyembahan berhala-berhala. Semoga Allah meridhoi Ummul Mukminin, Khodijah, semoga Allah meridhoi ibunda kita. Maka kenapakah putri-putrinya tidak meneladinya? kenapa engkau saudariku tidak meneladaninya? Agar disediakan bagimu di surga seperti apa yang telah disediakan untuknya, yaitu sebuah rumah dari mutiara, tidak ada kecapekan dan penyakit di dalamnya …

2 komentar:

  1. sebutka latar belakangnya masing-masing

    BalasHapus
  2. maaf buat ukhti Ella Deriska, saya blom paham dengan soal yang ukhti tulis. klo bisa di jelasin lagi. maaf yaa

    BalasHapus