SURUTNYA RUH DA'WAH PADA SEORANG DA'I

Bagaimana para pemudi kita sekarang ini bermalas-malasan dari menolong agama, bahkan bagaimana mereka melihat kemungkaran-kemungkaran yang jelas dengan bentuk yang fasiq atau melihat hubungan-hubungan yang bebas dan perbuatan-perbuatan haram dalam berpakaian dan hijab, dimana ini semua mengisyaratkan dekatnya turunnya azab… ia melihat kemungkaran-kemungkaran ini diantara kerabatnya, saudara-saudara perempuannya dan teman-teman perempuannya kemudian ia tidak giat untuk mencegahnya (mengingkarinya) ?

Padahal telah bersabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam:

مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُـنْكَرًا فَلْيُـغَيِّرْهُ

“Barangsiapa di antara kalian melihat kemungkaran maka ia harus merubahnya… “ (HR. Muslim dan Abu Dawud).

Apakah engkau sudah merubah kemungkaran-kemungkaran dengan semampumu? Alangkah ingin tahunya aku, bagaimana keadaanmu kelak pada hari kiamat, ketika bergantung kepadamu teman atau rekan perempuan, orang yang dicintai atau kawan dekat, dalam keadaan menangis dan meratap berkata, “Kenapa engkau lihat kami dalam kemungkaran-kemungkaran dan melakukan hal-hal yang haram lalu engkau tidak mencegah atau menasehati atau mengingatkanku?”
Lihatlah pengorbanan wanita-wanita kafir untuk agamanya. Salah seorang da’i berkata, “Aku pernah melakukan rihlah da’wah (perjalanan da’wah) ke tempat-tempat pengungsi di Afrika. Jalan menuju ketempat itu sepi dan menakutkan, kami ditimpa kesulitan dan kecapekan, kami tidak melihat didepan kami kecuali bukit-bukit pasir. Kami tidak sampai ke suatu desa di tengah perjalanan kecuali penduduknya mengingatkan kami akan bahaya para penyamun. Kemudian Allah memudahkan kami hingga sampai ke tempat para pengungsi malam hari. Mereka bergembira dengan kedatanganku dan menyiapkan sebuah kemah dengan kasurnya yang sudah lapuk.
Aku lemparkan diriku ke atas kasur itu karena sangat letihnya. Kemudian aku mulai merenungkan perjalananku ini. Tahukah engkau, apa yang terlintas dalam benakku?! Aku merasa sedikit bangga dan kagum terhadap diriku, bahkan aku merasa lebih tinggi dari yang lain! Siapakah yang mampu mendahuluiku ke tempat ini? Siapakah yang mampu berbuat seperti yang aku perbuat?! Siapakah yang sanggup menanggung kesulitan-kesulitan seperti ini?! Syetan senantiasa meniup ke dalam hatiku hingga hampir saja aku larut dalam kesombongan dan ghurur (membanggakan diri sendiri).
Esok paginya kami keluar berkeliling ke pelosok-pelosok daerah, hingga kami sampai ke sebuah sumur yang terletak jauh dari tempat para pengungsi. Aku melihat sekumpulan kaum wanita sedang menjunjung di atas kepala mereka panci-panci berisikan air. Perhatianku terarah pada seorang wanita putih di antara wanita-wanita tersebut. Semula aku menduga ia adalah salah seorang wanita dari para pengungsi tersebut yang tertimpa penyakit belang.
Aku bertanya kepada pengantarku tentang dia. Pengantarku berkata,Dia seorang missionaries (Kristen) wanita berkebangsaan Norwegia, umurnya masih sekitar tiga puluhan. Ia sudah tinggal di sini sejak enam bulan silam, ia berpakaian seperti pakaian para wanita kami, memakan makanan yang biasa kami makan, mendampingi kami dalam pekerjaan-pekerjaan kami. Setiap malam ia mengumpulkan gadis-gadis lalu berbicara kepada mereka, mengajari mereka membaca dan menulis dan kadang-kadang mengajari tari. Berapa banyak anak yatim yang dia usap kepalanya! Berapa banyak orang sakit yang dia ringankan penderitaannya!’”
Coba perhatikanlah keadaan wanita ini, apa yang membuatnya mau tinggal di tempat-tempat sunyi yang jauh seperti ini, sementara ia berada dalam kesesatannya?! Apa yang mendorongnya untuk meninggalkan peradaban Eropa dan kebun-kebunnya yang hijau?! Apa yang menguatkan tekadnya untuk tinggal menetap bersama para wanita yang lemah dan miskin sementara ia berada dalam puncak masa mudanya?! Apakah engkau tidak merasa kecil, ia seorang missionaris yang sesat, bersabar dan bersusah payah, sementara dia dalam kebatilan?
Bahkan di daerah-daerah pedalaman Afrika, sampai juga missionaris wanita muda dari Amerika, Inggris dan Perancis, datang untuk tinggal di gubuk kayu atau rumah dari tanah liat, memakan dari jenis makanan yang paling rendah sebagaimana yang dimakan penduduk asli, meminum dari sungai sebagaimana mereka minum, mengasuh anak-anak kecil dan mengobati para wanita. Dan apabila engkau lihat dia setelah kembali ke negerinya, warna kulitnya yang dulu putih kini sudah berubah pucat, kulitnya pun menjadi kasar dan tubuhnya menjadi lemah. Akan tetapi ia melupakan semua kesulitan-kesulitan tersebut dalam rangka berkhidmat (melayani) agamanya. Sungguh aneh. Begitulah pengorbanan para missionaris wanita, mereka bersusah payah, menanggung penderitan, giat dan berkorban, agar manusia menyembah selain Allah.

Allah SWT berfirman:
“Jika kamu menderita kesakitan, maka sesungguhnya merekapun menderita kesakitan (pula), sebagaimana kamu menderitanya, sedang kamu mengharap dari Allah apa yang tidak mereka harapkan.” (Qs. An Nisaa’ [4]: 104).


SEORANG DA’I YANG LAIN BERKATA:
Ketika itu aku sedang berada di Jerman. Tiba-tiba pintu kamarku diketuk orang, lalu suara seorang wanita muda terdengar memanggil dari balik pintu. Aku berkata kepadanya, "Apa yang engkau inginkan?” Ia menjawab, “Tolong bukalah pintu.” Aku berkata, “Aku seorang laki-laki muslim, dan tidak ada di sisiku seorang pun, sehingga engkau tidak boleh masuk menemuiku.” Namun ia tetap bersikukuh minta dibukakan pintu walaupun sejenak, sedangkan aku tetap enggan untuk membukakan pintu.
Lalu ia berkata, “Saya dari jama’ah Syuhud Yahoh (Para saksi Yahoh), oleh karena itu bukalah pintu dan ambillah kitab-kitab serta buletin-buletin ini secara cuma-cuma.” Aku menjawab, “Aku tidak ingin sesuatu.” Ia mulai mengharap dan mengiba, akan tetapi aku segera membelakangi pintu dan masuk ke dalam kamarku. Apa yang ia lakukan? Ternyata ia meletakkan mulutnya di lubang kunci pintu kemudian mulai berbicara tentang agamanya, ia menjelaskan prinsip-prinsip aqidahnya selama sepuluh menit.
Setelah ia selesai aku bertanya kepadanya, “Kenapa engkau bersusah-payah seperti ini?” Ia menjawab, “Saya justeru merasa bahagia dan tenang sekarang ini karena saya telah memberikan apa yang saya mampu di jalan agamaku.”
Demikianlah kesungguhan dan ketulusan mereka dalam melakukan missinya, lalu di manakah kesungguhan para da’i Islam?
Allah SWT berfirman:
“Jika kamu menderita kesakitan, maka sesungguhnya merekapun menderita kesakitan (pula), sebagaimana kamu menderitanya, sedang kamu mengharap dari Allah apa yang tidak mereka harapkan.” (Qs. An Nisaa’ [4]: 104).


APAKAH ENGKAU TIDAK PERNAH BERTANYA KEPADA DIRIMU PADA SUATU HARI…
Wahai saudariku … apa yang telah engkau persembahkan untuk Islam, berapa pemudi yang telah bertaubat karenamu, berapa yang telah engkau infaqkan untuk membimbing para pemudi ke jalan Tuhanmu?
Sebagian wanita-wanita shaleh berkata, “Aku tidak berani untuk berda’wah, tidak juga untuk mengingkari kemungkaran-kemungkaran.” Sungguh aneh!! Bagaimana seorang penyanyi wanita yang fasik berani untuk menyanyi di depan puluhan ribu orang yang menontonnya sementara ia tidak berkata, “Aku takut dan malu.” Bagaimana seorang penari wanita yang amoral memamerkan tubuhnya di hadapan ribuan orang sementara ia tidak takut atau sungkan. Sementara engkau jika diminta untuk menasehati atau mendakwahi saudaramu lalu engkau diperdayakan oleh syetan? Bahkan sebagian pemudi menghiaskan kemungkaran untuk temannya, ia saling bertukar pinjam majalah-majalah yang keji dan kaset-kaset lagu atau mengajak kawan-kawannya ke majlis-majlis yang mungkar dan maksiat. Ini termasuk tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan serta bergabung dalam golongan syetan. Sungguh kecintaan seperti ini akan berubah menjadi permusuhan dan kebencian.
Allah berfirman:
“Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertaqwa.” (QS. Az Zukhruf [43] : 67).

Ini adalah keadaan mereka di padang mahsyar pada hari kiamat. Mereka akan diliputi oleh kehinaan dan penyesalan. Adapun di Neraka kelak maka sebagaimana firman Allah tentang segolongan dari ahli maksiat:

“Kemudian di hari kiamat sebagian kamu mengingkari sebagian (yang lain) dan sebagian kamu melaknati sebagian (yang lain); dan tempat kembalimu adalah neraka, dan sekali-kali tidak ada bagimu para penolongpun. ” (QS. Al Ankabut [29] : 25)

Benar, sebagian mereka akan melaknat sebagian yang lain, seorang pemudi akan berkata kepada kawannya yang selama ini ia bergaul dengannya di dunia, saling tertawa dan bercanda, “Semoga Allah melaknatimu, engkaulah yang telah menjerumuskanku dalam kekejian.” Sementara yang lain berkata, “Justeru engkaulah yang dilaknati Allah, engkaulah yang telah memberiku kaset lagu-lagu.” Kawannya menjawab justeru engkaulah dilaknati Allah, engkaulah yang telah menghiaskan bagiku sufuur (membuka aurat).” Yang lainnya menjawab, “Bahkan engkaulah yang dilaknati Allah, engkaulah yang telah menunjukkan kepadaku jalan-jalan kefasikkan.”
Sungguh aneh, bagaimana bisa lenyap gelak-tawa dan canda, bisikan-bisikan dan sentuhan itu. Selama ini kalian berdua berkeliling pasar, saling tertawa dengan teman-teman, tetapi pada hari ini sebagian kalian mengingkari dan melaknati sebagian yang lain.
Benar, karena mereka tidak pernah berkumpul pada suatu hari di atas nasehat dan kebaikan, maka pada hari kiamat mereka berkumpul… akan tetapi berkumpul di mana? Di neraka yang tidak pernah padam apinya, tidak pernah dingin nyalanya dan tidak akan diringankan panasnya, kecuali jika Allah menghendakinya…


MAKA DI MANAKAH WANITA KITA SEKARANG?
Di manakah wanita-wanita kita dari jalannya para wanita yang shalehah itu? Ke manakah wanita-wanita yang terjatuh dalam pelanggaran-pelanggaran syariat dalam hal berpakaian, berbicara dan memandang, kemudian jika engkau menasihati salah seorang dari mereka maka ia kan menjawab, “Semua wanita berbuat seperti itu dan aku tidak bisa melawan arus!”
Subhanallah!! Di mana kekuatan dalam beragama dan keteguhan dalam prinsip. Jika seorang pemudi –karena cobaan yang paling ringan-, ia meninggalkan ketaatannya kepada Allah dan mengikuti syetan, maka di mana ketundukan terhadap perintah-perintah Allah? Sedangkan

Allah Swt berfirman:
“Dan tidakkah patut bagi laki-laki yang mu'min dan tidak (pula) bagi perempuan yang mu'min, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetappkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka.Dan barang siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata. (QS. Al Ahzab [33]: 36)

Di manakah pemudi-pemudi yang suka berbuat kesia-siaan? Yang tidak takut dengan laknat Tuhannya, mengenakan ‘abaah (mantel luar) di atas pundaknya sehingga orang-orang bisa melihat lekuk kedua pundak dan tubuhnya, disamping hal itu merupakan tasyabuh (meniru-niru) kaum pria, karena kaum pria-lah yang mengenakan ‘abaah di atas pundaknya. Dan seorang wanita yang menyerupai laki-laki maka ia terkena laknat.
Dan di mana wanita yang bertato? Yang meletakkan tato pada wajahnya dengan bentuk titik-titik yang terpancar atau dengan bentuk gambar-gambar pada bagian-bagian tubuhnya. Itu adalah perbuatan para wanita tuna susila.
Sedangkan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

لَعَنَ اللهُ الْوَاشِمَةَ وَالْمُسْتَوْشِمَةَ

“Allah subhanahu wa ta'ala melaknat wanita yang bertato dan yang meminta dibuatkan tato.”
Kemudian di mana wanita yang mengenakan rambut palsu, sementara Allah Taala telah melaknat wanita yang memakai rambut palsu dan yang minta dipakaikan rambut palsu. Wanita-wanita tersebut terlaknat.
Tahukah engkau? Apa arti terlaknat?! Yaitu terusir dari rahmat Allah, terusir dari jalan surga. Apakah engkau suka jika terusir dari surga disebabkan oleh beberapa helai rambut yang engkau cabut dari kedua alismu? Atau karena ‘abaah yang engkau turunkan di atas kedua pundakmu? Atau karena beberapa titik tato yang ada di bagian tubuhmu? …


WANITA-WANITA YANG RUGI

Termasuk menuruti hawa nafsu dan syetan adalah berlebih-lebihannya seorang pemudi dalam hal berdandan meskipun hal itu jelas akan mengundang laknat Allah. Di antaranya ialah mencabut bulu-bulu alis atau menipiskannya, mungkin yang mencabut/mencukurnya. Dan hal itu sebenarnya mewujudkan janji-janji syetan tatkala ia bersumpah di depan Tuhannya, “Dan akan aku suruh mereka (merobah ciptaan Allah), lalu benar-benar mereka merobahnya". Barangsiapa yang menjadikan syaitan menjadi pelindung selain Allah, maka sesungguhnya ia menderita kerugian yang nyata. (QS. An Nisa [4]: 119)

Mencabut bulu alis akan mengundang laknat Allah. Disebutkan dalam hadits yang shohih riwayat Abu Dawud dan yang lainnya dari sahabat Ibnu Mas’ud -radhiallahu 'anhu- ia berkata:

لَعَنَ رَسُوْلُ اللهِ الْوَاشِمَةَ وَالْمُسْتَوْشِمَةَ وَالنَّامِصَةَ وَالْمُتَـنَمِّصَةَ الْمُـغَـيِّرَاتِ لِخَلْقِ اللهِ

“Rasulullah saw telah melaknat wanita yang bertato dan yang minta dibuatkan tato, yang mencabut bulu alisnya dan yang minta dicabutkan, yang merubah-rubah ciptaan Allah.”

Subhanallah … bagaimana engkau melakukan sesuatu yang akan mengundang laknat Allah, sementara engkau memohon kepada Allah ampunan dan rahmat-Nya, baik di dalam maupun di luar shalat? Bukankah ini suatu hal yang bertolak belakang antara ucapan danperbuatanmu? Engkau memohon rahmat Allah tetapi berbuat sesuatu yang akan mengusirmu darinya. Ini adalah sesuatu yang aneh!!
Para ulama yang rabbani (yang sholeh) telah berfatwa tentang keharamannya. Di depan saya lebih dari 20 fatwa tentang keharamannya. Jika engkau beriman kepada Allah maka engkau dituntut untuk mentaati-Nya segala apa yang Dia perintahkan dan menjauhi apa yang Dia larang.
Mencabut bulu alis termasuk tasyabuh (meniru) wanita kafir dan barangsiapa yang meniru-niru suatu kaum maka ia termasuk dari golongan mereka. Dan Allah akan berfirman pada hari kiamat:
"Kumpulkanlah orang-orang yang zalim bersama teman sejawat mereka dan sembahan-sembahan yang selalu mereka sembah.” (QS. Ash Shoffaat [37]: 22)
Yakni orang-orang yang seperti mereka dan kawan-kawannya. Dan barangsiapa yang mencintai suatu kaum maka ia kaan dihimpun bersama mereka.janganlah engkau berkata, "Banyak wanita yang berbuat seperti itu,” karena banyak juga wanita-wanita yang menyembah patung, lantas apakah engkau menyembah patung seperti mereka? Banyak jug wanita yang mengalungkan salib, lalu apakah engkau akan berbuat seperti itu? Sesungguhnya banyaknya wanita yang berbuat tidak akan membuat engkau dimaafkan di sisi Allah, engkau bertanggung jawab atas perbuatanmu. Sebagaimana engkau ketika masih berada di sulbi (tulang punggung) ayahmu dalam keadaan sendiri, kemudian di dalam perut ibumu seorang diri, lalu dilahirkan seorang diri. ََََ

1 komentar:

  1. What is the best baccarat? - Worrione
    In my opinion, the best baccarat is best with the high odds of making the first worrione one. 샌즈카지노 The difference 인카지노 is that it takes more of a turn from a straight bet to a

    BalasHapus