Ujian terhadap Hamba

سَأَلَ رَجُلٌ الشَّافِعِيَّ فَقَالَ: يَا أَبَا عَبْدِ اللهِ، أَيُّمَا أَفْضَلُ لِلرَّجُلِ: أَنْ يُمَكَّنَ أَوْ يُبْتَلَى: فَقَالَ الشَّافِعِيُّ: لاَ يُمَكَّنَ حتى يُبْتَلَى، فَإِنَّ اللهَ ابْتَلَى نُوْحًا وَ إِبْرَاهِيْمَ وَ مُوْسَى وَ عِيْسَى وَ مُحَمَّدًا صَلَوَاتُ اللهِ وَ سَلاَمُهُ عَلَيْهِمْ أَجْمَعِيْنَ، فَلَمَّا صَبَرُوْا مَكَّنَهُمْ، فَلاَ يَظُنُّ أَحَدٌ أَنْ يَخْلُصَ مِنَ اْلأَلَمِ الْبَتَّةَ

Seseorang bertanya kepada Imam al-Syāfi`iy:
“Wahai Abu ‘Abdillah! Manakah yang lebih utama bagi
seseorang: Diberi kekuasaan ataukah diberi ujian? Beliau
menjawab: Seseorang tidak akan diberi kekuasaan sebelum dia
diberi ujian. Sesungguhnya Allah telah memberikan ujian kepada
Nuh, Ibrahim, Musa, ‘Isa dan Muhammad –semoga Allah melimpahkan
shalawat dan salam-Nya kepada mereka semua–. Ketika mereka bersabar menghadapinya, maka Allah akan memberikan kekuasaan kepada
mereka. Oleh karena itu, janganlah seseorang mengira bahwa
dia bisa lepas dari bencana sedikitpun” (al-Fawā’id: 227)

0 komentar:

Posting Komentar